Tak Mampu Melihat Nabi Karena Kurang Adab
Memuliakan pendahulu ( orang yang lebih senior ) dan beradab kepada mereka adalah perintah Nabi Muhammad SAW sebagaiman tertuang didalam sabda Nabi:
قَالَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: “لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا“(رواه الترمذي )
Artinya : “Tidak termasuk dari ( golongan ) kami orang yang tidak mencintai anak kecil dan tidak menghormati ( beradab ) kepada orang yang dewasa.”
Maka menjadi kebiasaan ulama terdahulu mereka mendahulukan belajar adab daripada belajar ilmu itu sendiri.
Imam Ibnu Jauzi didalam karyanya Kitab berjudul Ghoyatun Nihayah Fi Tobaqatil Qurro’ juz 1 halaman 446 mengatakan bahwa :
الإمام عبدالله بن المبارك رحمه الله: “طلبت الأدب ثلاثين سنةً, وطلبت العلم عشرين سنةً, وكانوا يطلبون الأدب قبل العلم”Artinya :
“Imam Abdullah bin Mubarok rahimahullah mengatakan, “Aku belajar adab 30 tahun, dan kemudian baru belajar ilmu 20 tahun. Mereka ( para ulama terdahulu ) mempelajari adab sebelum mencari ilmu.”
KISAH INSPIRATIF HABIB SALIM BIN JINDAN
Al-Habib Salim, ulama keturunan Rasulullah SAW kelahiran Surabaya 18 Rajab 1324 H atau 7 September 1906 M ini memiliki nama Asli Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan yang bersambung nasabnya sampai Nabi Muhammad SAW.
Ulama yang dijuluki 'Gudang Ilmu' pada zamannya ini merupakan murid Syaikhuna Kholil bin Abdul Mutolib yang masyhur dengan sebutan Mbah Kholil Bangkalan. Al-Habib Salim juga berguru dan mengambil sanad ilmu kepada Imam Ahmad bin Zaini Dahlan, Habib Alwi dan Muhammad Al Haddad dan Habib Abu Bakar bin Muahmmad Assegaf. ....
BAHAYA BACA AL-QURAN TIDAK TARTIL
Al-Imam 'Ali bin Abi Thalib radhiyaahu 'anhu berkata tentang firman Allaah Ta'ala:
*وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِیلًا*
"Dan tartilkanlah Al-Quran se-tartil-tartilnya..."
*الترتيل هو تجويد الحروف و معرفة الوقوف*
"Tartil artinya mentajwidkan huruf dan memahami kaidah waqaf."
Tajwidul huruf maknanya membaguskan pengucapan huruf demi huruf di dalam Al-Quran, sesuai dengan makhrajnya, memberikan haknya berupa sifat-sifatnya dan mustahaknya, merealisasikan hukum-hukum tajwid dengan sempurna tanpa berlebihan dan lembut pengucapannya tanpa asal-asalan.
3 SYARAT PENTING MEMBACA AL-QUR'AN
Syarat diperbolehkannya membaca Al-quran ada 3 macam:
1. صحة السند (Shihhatus Sanad) artinya harus pernah mengaji berhadapan langsung (مشافهة ) dengan guru yang mempunyai sanad secara mutawatir sampai dengan Nabi Muhammad SAW.
2. Harus sesuai dengan aturan bacaan bahasa Arab (Ilmu Nahwu), walaupun Do’if.
3. Al-Quran yang dibaca harus tertulis sesuai dengan aturan-aturan Khot Usmany, dan atau yang mirip dengan Khot Usmany.
Apabila salah satu dari tiga syarat tersebut tidak terpenuhi maka Qiroatnya digolongkan dalam Qiroat Syaddzah
(شاذة )
Kisah Juraij dan Bayi Ajaib
Nama Juraij ini pernah disebutkan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Hurairah RA: “Tidak seorang pun yang dapat berbicara ketika masih dalam ayunan (bayi) kecuali tiga orang, yaitu Isa bin Maryam, bayi di masa Juraij, dan bayi yang lain.
Tentang kisah Nabi Isa yang dapat berbicara, termaktub dalam Al-Quran. Sedangkan Kisah mengenai bayi yang dapat berbicara di masa Juraij ini, di antaranya diterangkan dalam kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyah.
Juraij sendiri merupakan seorang ahli ibadah di kalangan Bani Israil . Dia mempunyai seorang ibu . Suatu hari ibu Juraij memanggil Juraij, ketika ia tengah mengerjakan shalat.
"Wahai Juraij," Ibunya memanggil Juraij.
Mendengar ibunya memanggil, di dalam hati Juraij berkata. "Ya Tuhan, apakah saya mengerjakan shalat akan lebih baik ataukah saya harus mendatangi ibu?" gumam Juraij.
Akan tetapi, Juraij lebih senang meneruskan shalatnya. Ibunya memanggilnya lagi dan Juraij hanya menyahut dalam hati sebagaimana jawaban semula. Setelah itu dia kembali melanjutkan shalatnya.
Al-Muayyad Kembali Berduka
<< Mulai < Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Berikutnya > Akhir >>
JPAGE_CURRENT_OF_TOTAL