jati

Anda ingin mengoleksi  berbagai jenis bus, tetapi tak mampu beli bus sungguhan? Mungkin Anda bisa mengoleksinya dalam bentuk miniatur. Berbagai jenis dan model bus tersedia dalam ukuran mini, dengan model, warna dan bentuknya nyaris sama dengan bus sungguhan.
Adalah Jati Pramono,  alumni MA Al-Muayyad tahun 91 yang telah menyulap bahan baku seperti tripleks, fiberglass, mica dan stereoform menjadi miniatur berbagai model bus yang beroperasi di seluruh Indonesia. Bus-bus kreasinya dia rancang dan dibuat sendiri sambil menunggu tokonya di daerah Karanganyar Jawa Tengah. Satu model bis dapat diselesaikan dalam waktu satu sampai tiga hari. “Sebenarnya satu hari bisa saja selesai, tapi proses pengecatan yang agak lama tergantung cuaca, ya tapi paling lama tiga hari. Kadang kalau lagi banyak pesanan saya dibantu istri lembur malam, dia yang bagian nggarap interiornya” ujar laki-laki yang juga aktif menjadi pengurus PCNU Karanganyar ini menjelaskan.

 

b

 

 Meski hanya berupa miniatur, tetapi bus-bus hasil ciptaannya ini telah sukses dipasarkan di seluruh Indonesia secara online melalui jejaring sosial facebook dengan harga sekitar 500 ribuan per unit.  “Kita biasanya bikin satu sampel, trus gambar saya upload via facebook, yang rata-rata pembelinya adalah anggota BMC (Bus Mania Community) di seluruh Indonesia. Tapi kadang ada juga pesanan dari sebuah PO bus tertentu, biasanya bus pariwisata.” kata laki-laki ini yang juga teman sekelas penulis saat nyantri di Pondok Pesantren Al-Muayyad. 
Gagasan produksi miniatur bis ini berawal dari kegemarannya terhadap jenis angkutan umum yang satu ini. Juga hobinya yang suka utak-atik  menggambar desain mobil. Kebiasaannya menggambar desain mobil ini memang sudah pernah penulis amati sendiri sejak di bangku Madrasah Aliyah Al-Muayyad 21 tahun silam. Buku-buku tulisnya penuh dengan gambar mobil dari berbagai jenis dan model hasil coretannya. Bahkan kadang saat guru menerangkan pelajaran malah dia asyik menggambar desain mobilnya di buku tulisnya. Karena hobinya ini sampai-sampai teman-teman sekelas memberi julukan “bemper”. Tapi siapa sangka hobi dan kebiasaan saat nyantri itu kini telah menjadi salah satu sumber penghasilannya. 
“Sing penting dadi duwit, mbah…!” katanya menutup pembicaraan lewat obrolan facebook dengan penulis.

 

Penulis :
Moh. Abdul Latif
Alumni MA. Al-Muayyad Surakarta th. 91
Administrator dan Teknisi Warnet Lativacom Juwana