Lelaki dan Wanitaku



“Jangan pernah berpaling dariku”. Katamu saat itu.
Kau pikir aku sanggup menahan rinduku ini? Tidak. Kali ini tidak. Dan akupun tak mau berpaling. Meski dengan tanpa sepenuh cinta, seorang wanita mencoba mendekatiku dan aku mulai tergoda. Mungkin aku membutuhkannya untuk sekedar melepas dahagaku karena tanpamu. Sungguh aku tak ingin berpaling.
Akhirnya kau datang, kembali ke rumah dan penghuninya yang hampir setahun kau lupakan.Tapi kedatanganmu membuatku hancur
“Pyar…”
Kau datang dengan amarah dan dengan sengaja kau buang piring yang berisi nasi, saat aku menawarimu makan malam. Hingga piring itu pecah berkeping-keping, seperti hatiku.
“Apa salahku?” Air mataku bertanya kepadamu.
Dan kau menjawab, lebih tepatnya memaki.
“Wanita murahan”.
Selama ini aku terdiam menahan segala rindu yang menyiksaku. Dan saat kau datang hanya untuk sebuah kata “Wanita Murahan”.
Aku sudah muak denganmu. Rasa rindu menjadi bisa yang meracuni jantungku.Usia kita mungkin terlalu muda untuk membina rumah tangga dan mungkin hanya perpisahan yang pantas untuk kita. Apa? Kau meminta aku untuk memaafkanmu saat bibir ini terlanjur memilih kata perceraian. Maaf mas. Kali ini aku memilih kata-hatiku. Kau pun pergi dengan cintamu yang lain.
Hampa yang menyelinap di hati menjadi misteri, Izihkan aku mencintaimu atau mencintainya, meski….,
Menatap sunyi rasanya sudah tak kuat. Aku berusaha melupakannya. Lelaki yang 4 tahun kucintai lalu kami menikah dan bercerai. Aku tak tahu lagi harus berbuat apa agar mata air di mataku tak mengalir deras. Saat hampa menyelinap perasaan, aku menemukanmu,. Kau beda dengan dia yang dulu pernah mencintaiku. Dan aku mulai mengenalmu. Hari-hariku semakin indah saat kau rengkuh bahuku dan memegang erat jemariku. Kau benar bisa mengerti aku di saat aku butuh kehadiran sosok sepertimu. Kita sehati dan aku merasa nyaman berada di dekatmu
Setelah kita bertemu, mengenali diri kita masing-masing kemudian dengan mudahnya kita Jatuh cinta. Aku benar-benar mencintaimu. Mencintaimu begitu damai. Kau tahu?, Jiwa ini seperti kapas yang lembut, ringan hingga tak menyadari ketika angin menerbangkan anganku jauh. Hati ini begitu damai ketika bait-bait cinta menyatu menjadi rangkaian puisi. Izihkan aku mencintaimu, meski….,
Dan akhirnya mereka tahu, Sayang.
“Eh, Katanya si Lestari pertengahan bulan lalu bercerai dengan Sastro?” Bu Rani biang gosip di kampung ini mulai bercerita. Haha..,Sayang,tetangga di sekitar kita rupanya ketinggalan berita. Tak pernah liat acara infotainment kali ya..
“Malahan dia serumah dengan seorang wanita. Ada yang bilang mereka pasangan sejenis alias lesbi”.
Loh dari mana mereka tahu tentang hubungan kita. Kamu tak keberatan kan sayang, tetangga menjadikan kisah asmara kita menjadi dongeng. Kau keberatan?. Ah, kau tak mungkin marah pada mereka. Mereka tahu tentang kita ya sudah. Apa urusannya. Ya kan Sayang. Kau pernah bilang cinta diantara kita adalah sebuah anugerah. Cinta yang tanpa menyakiti.
Aku tak peduli dengan mereka. Jangan seperti lelakiku yang pergi meninggalkanku.Mengapa kali ini kau ragu padaku. Apa aku perlu minum racun serangga untuk membuktikan kalau aku benar-benar mencintaimu dan rela berbuat apapun untukmu. Sayang, dengarkan isi hatiku yang terdalam. Aku mencintaimu, sangat…Kumohon jangan dengar mereka yang menertawakan cinta kita. Persetan mereka. Cinta ini milik kita. Aku tak percaya ketika kau memilih pergi meninggalkanku di saat aku meyakini kaulah cinta sejatiku. Kau malu pada mereka. Sungguh kejam. Kau tak ubahnya lelakiku dulu yang pergi setelah mencecap madu cintaku.
Kata orang aku mirip orang gila. Ya aku gila karena kehilanganmu. Kapan kau menemuiku. Pulanglah ke istanaku. Aku telah menunggu waktu bercinta denganmu. Aku ingin bercinta denganmu kembali. Hanya denganmu. Mengapa kau hanya mengetuk pintuku tanpa mau masuk rumahku. Aku rela menunggu kehadiranmu. Sudah seminggu aku menunggumu di depan pintu. Ya siang malam aku menunggumu di pintu rumahku. Tak peduli ocehan orang.
“ Eh Lestari sekarang gila setelah ditinggal pasangan lesbinya.”
Mereka tak pernah memahamiku. Ingin aku kabarkan kepada mereka yang selalu mencemoohku. Ingin kukabarkan segala penderitaanku karena ditinggal suami setelah berkenalan dengan seorang wanita. Mereka tak mau pernah memahamiku. Seperti inikah hidup?, Semakin aku direndahkan, semakin besar aku ingin membalasnya. Ingin kulihat mereka merasakan kegamangan sepertiku. Linglung seperti orang gila. Ya aku gila. Gila karena cinta hingga tak mampu membedakan mana yang terbaik untukku. Mereka tak pernah mau memahamiku..
Wanitaku, seperti inikah cinta kita?, Aku mendekatimu karena aku haus akan cinta. Maafkan jika kau kujadikan pelarian. Tak ada niat sedikitpun melukaimu. Katanya kau tak percaya lagi kepada semua lelaki. Karena tak bisa memberikan anak kau ditinggalkan suamimu. Saat kecil kau pernah dilecehkan seorang penjual siomay yang menanggalkan keperawananmu. Saat itu aku mempercayaimu bahwa semua lelaki adalah bajingan. Mereka hanya menjadikan kita sebagai tempat sampah birahinya.
Bagaimana kabar lelakiku. Tak rindukah kepadaku?. Seperti kisah kasih yang tak sampai., aku terluka karena perasaanku sendiri. Perasaan karena tak mampu meraih cinta yang kuharap indah. Lelakiku, inginkah engkau kembali kepadaku?. Apa engkau pernah memikirkan sakitku karena kehilanganmu. Pahit lidahku tak mampu mencecap manisnya madu. Bedak dan lipstick tak lagi bisamembuatku cantik. Dan aku tanpa sengaja bertemu dengan wanita, yang kuanggap bisa menggantikanmu. Tapi itu hanya tambah menyakitiku. Aku ingin kembali kepada cintaku, kepada lelakiku.
******
Nina Mazaya, Lahir di Kendal, 30 April 1993. Masih tercatat sebagai siswi XII IS SMA Al Muayyad Surakarta. Tinggal di Jl. Soekarno-Hatta, No.240, Kendal, Jawa Tegah.