Ditulis oleh al-muayyad
|
Rabu, 24 September 2014 11:13 |
Setelah Surabaya, Madura, Depok, Ciputat, Yogya, Cirebon dan Jombang, novel Dari Hari ke Hari dibedah di Solo. Bedah novel di Solo terasa istimewa lantaran novel besutan Mahbub Djunaidi itu berlatar Solo. Ia seperti menemukan rumahnya kembali. 23 Mei 2014. Kereta yang akan membawa kami ke Solo berangkat pukul 05.30 pagi dari Stasiun Pasar Senen. Tidak betul-betul sampai Solo sebenarnya, melainkan sampai Kutoarjo lalu menyambung dengan kereta lain ke Solo. Bisa saja kami membeli tiket Jakarta-Solo tapi tiket untuk tanggal keberangkatan kami sudah ludes.
Malam itu saya, Ubay dan sejumlah teman berada di Surah, suntuk dengan persiapan beberapa acara Surah yang sedemikan rapat rangkaiannya. Ubay, lelaki ceking nan gesit itu alumni Al-Muayad,
|
LAST_UPDATED2 |
Selengkapnya ...
|
|
Ditulis oleh al-muayyad
|
Selasa, 24 April 2012 11:42 |
Entah sejak kapan ada rasa tidak begitu suka dengan orang-orang keturunan Arab pada diri saya ini, mungkin ini perasaan yang gak jauh beda dengan orang-orang yang rada sentimen dengan orang-orang keturunan China. Saya ini termasuk orang yang merasa kalau keturunan Arab iitu begitu eksklusif, sombong, dan rada-rada jaga jarak sama pribumi macam saya ini...
Ketidaksukaan ini tidak juga berkurang ketika untuk pertama kalinya sekitar pertengahan tahun 2003 saya bertemu dan berkenalan dengan Bagir. Orangnya tinggi besar, agak membungkuk, kulitnya gelap, mancung, dan suka senyam-senyum sendiri, bukan berarti murah senyum lho, tapi emang Bagir ini suka senyam-senyum sendiri, lagi ada masalah senyum, lagi dimarahin senyum, lagi dijahilin (digethok kepalanya, dibugilin, dll) tetep aja senyum-senyum ketawa... |
LAST_UPDATED2 |
Selengkapnya ...
|
Ditulis oleh al-muayyad
|
Rabu, 04 Mei 2011 11:17 |
Kelestarian budaya di Indonesia kini telah banyak di tinggalkan khususnya bagi para remaja sekarang ini. Banyak dari mereka beranggapan bahwa kebudayaan yang kita miliki sekarang ini telah ketinggalan jaman, kuno bahkan primitif. Remaja sekarang lebih senang berkiblat pada kebudayaan barat yang menurut mereka lebih bisa bebas dalam mengekspresikan diri masing-masing. Seolah tidak ada pembatas untuk mereka melakukan apapun yang mereka inginkan. Tak heran memang jika banyak kebudayan Indonesia yang di klaim oleh negara lain. Jika sudah seperti ini, kita baru menyadari betapa kita tidak dapat menjaga aset yang seharusnya kita banggakan yang mencerminkan kebudayan dan pribadi bangsa ini, bukannya malah membiarkan terbengkalai dan menjadi rebutan oleh bangsa lain. Ironis sekali jika hal seperti itu terus saja terjadi. Kita patut bersyukur karena bangsa ini memiliki banyak sekali budaya yang seharusnya mampu kita kembangkan dengan baik bukan malah sebaliknya, kita hanya berdiam diri dan ketika aset itu di perdebatkan, mati-matian kita berucap bahwa kebudayaan itu milik kita. Kenapa Indonesia selalu bertindak setelah sesuatu terjadi suatu kejadian. Bukan menjaga agar suatu itu bisa di cegah yang tidak di inginkan yang akan berakibat fatal pada semua elemen masyarakat. Sebenarnya mereka yang pintar atau kita yang bodoh. Yang mau saja selalu di permalukan demikian. Pemerintah pun seharusnya ikut andil dalam hal ini. Pemerintah harus mendukung penuh kelestarian budaya Indonesia.
|
Selengkapnya ...
|
|
|
|
|
|