kompilasi Sejarah/Cerita para sesepuh dan Salafus Sholih, yang bisa kita ambil sebgai suri tauladan.
|
Tangis Pilu Di Hari Wafat Mbah Umar |
Ditulis oleh al-muayyad
|
Minggu, 16 November 2014 00:18 |
Pagi itu menjelang pukul 04.00 dini hari, Kamis 11 Ramadhan 1400 H, bertepatan 24 Juli 1980 M, aku dibangunkan seorang santri senior Mbah Umar sekaligus guru bahasa Arabku di pondok. Saat itu aku tengah nyenyak tidur di salah satu kamar lantai bawah Pondok Lor yang sekarang menjadi Ruang Guru Madrasah Aliyah Al-Muayyad. Guru itu bernama Pak Toha Abu Amar yang saat ini sedang gerah (semoga segera diberi-Nya kesembuhan. Amin). Sambil mengguncang-guncangkan punggungku, Pak Toha memberi tahukan Mbah Umar baru saja wafat.
“Pak Kiai Umar sedo! Pak Kiai Umar sedo!”
|
Selengkapnya ...
|
|
Ditulis oleh al-muayyad
|
Kamis, 04 Agustus 2011 14:38 |
 Romadlon merupakan bulan yang selalu diidamkan bagi setiap manusia yang beragama Islam. Demikian juga dengan Simbah Nyai Umar selalu merindukan kehadiran bulan Romadlon. Beliau adalah seorang yang memperhatikan pengurus maupun santrinya dalam hal berbuka puasa maupun saur. Setiap datangnya berbuka puasa maupun saur beliau selalu menyediakan hidangan. Ingin tahu letak kesholihahannya ? Mbah ti setiap harinya selama Romadlon selalu menyediakan hidangan berbuka puasa dan sahur tanpa ada rasa keberatan, tapi justru beliau lebih senang sekali bila yang diajak berbuka puasa maupun sahur bersedia untuk turut menikmati hidangan beliau. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : ???? ??????? ???????? ????? ???? ?????? ???????? ?????? ??????? ??? ???????? ???? ?????? ?????????? ??????? “Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”) Tidak habis fikir, saya yang kesehariannya ikut menikmati berbuka puasa maupun sahur, merasakan ada kesegaran dan kenikmatan tersendiri setelah bersama-sama ikut menikmati hidangan dari beliau. Belum lagi beliau banyak sekali memberikan petuah maupun nasehat kepada kami agar selalu meningkatkan amal ibadah selama bulan Romadlon dengan sebaik-baiknya. |
Rumah Bagaikan Surga, Serba Ada Barokahnya (Catatan Abdul Rouf) |
Ditulis oleh al-muayyad
|
Minggu, 29 Mei 2011 20:47 |
Mengenang Al-Mukarromah Nyai Hj. Shofiyah Umar Sebut saja saya Abdul, setahuku tempat kediaman Mbah Ti (sebutan dari Mbah Nyai Shofiyah Umar) tidak pernah merasakan kesunyian. Kenapa saya bisa berkata demikian ? karena keseharian Mbah Ti banyak melakukan aktifitas yang positif, tentunya banyak manfa’atnya. Mengkhatamkan Al-Qur’an, mengaji / menelaah kitab, menerima tamu, adalah merupakan bagian rutin yang sering beliau kerjakan. Kalau boleh saya mengatakan, lebih pantas kita menyebut kediaman Mbah Ti adalah bagaikan surga, bagaimana tidak, karena bagi siapa saja yang dapat bersilaturrahmi bersama beliau, insya Allah hati selalu nyaman, tenang, sejuk, menyenangkan, penuh nasehat, penuh berkah, dan tak kalah juga terhibur. |
Selengkapnya ...
|
Kiai Imam Rozi (Singo Manjat) adalah pendiri Pondok Pesantren Singo Manjat Tempursari Klaten. Ia leluhur atau cikal bakal masyarakat Tempursari Klaten, yang keturunannya dan santrinya tersebar ke berbagai daerah.
Ia yang membawa misi ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, mendirikan tempat-tempat ibadah, pondok pesantren dan majlis taklim, baik di Jawa tengah, Jawa Timur, maupun di Jawa Barat. Kiai Imam Razi adalah putra Kiai Maryani bin Kiai Wirononggo II bin Kiai Wirononggo I bin Kiai Singo Hadiwijoyo bin Kiai Tosari bin Kiai Ya’kub bin Kiai Ageng Kenongo. Ia lahir pada tahun 1801 M. Sejak kecil ia belajar agama dari ayahnya, Kiai Maryani, kemudian berguru kepada Kiai Rifai, yang sekarang makamnya ada di Gathak Rejo, Drono Klaten. Ia juga berguru kepada Kiai Abdul Jalil Kalioso bersama Kiai Mojo, Penasihat Pangeran Diponegoro.
Pada usia 24 tahun, Imam Rozi bergabung dengan Pangeran Diponegoro menentang dan memerangi penjajah Belanda, bersama Kiai Mojo dan para pejuang lainnya. Ia diangkat sebagai manggala yudha atau panglima perang dan sebagai penghubung antara Pangeran Diponegoro dan Paku Buwono VI Surakarta.
|
Selengkapnya ...
|
 K.H. Ahmad Umar Abdul Manan (1916 – 1980)
Ia adalah salah seorang ulama Al-Quran yang shalih, wara’, dan kharismatik. Beberapa ulama thariqah juga meyakini pengasuh pesantren terkemuka ini adalah waliyullah. Di era tahun 1970 hingga 1980an, di Jawa ada beberapa ulama yang dikenal sebagai ahlul Quran, pemegang otoritas pengajaran Al-Quran yang mu’tabar. Selain mengajarkan pembacaan dan penghafalan Al-Quran yang memiliki sanad yang musalsal, diakui kebersambungannya, hingga Rasulullah SAW, mereka juga diyakini mendapat anugerah khusus dari Allah berupa pengetahuan tentang sebagian asrar Al-Quran, rahasia spiritual Al-Quran. Di antara ulama ahlul Quran yang termasyhur pada kurun tersebut adalah K.H. Ahmad Umar Abdul Mannan, pengasuh Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan, Surakarta, Jawa Tengah. Kedalaman ilmu murid kesayangan K.H.R. Muhammad Moenawwir Krapyak,Yogyakarta, itu diakui oleh ulama pesantren pada masanya dan pemerintah. Terbukti dari penunjukannya sebagai juri MTQ Internasional tahun 1953 yang digelar di Jakarta, padahal waktu itu usianya baru 37 tahun. |
Selengkapnya ...
|
|
|
|
<< Mulai < Sebelumnya 1 2 Berikutnya > Akhir >>
|
JPAGE_CURRENT_OF_TOTAL |