Pendahuluan

            “Al Haqqu Bila Nidzomin Yaghlubuhul Bathila Bin Nidzomi”. La Islama Illa Bi Quwwata Illa Bijama’atin Wala Jama’ata Illa Bi Imarota Illa Fi Tho’atillah.

            Sudah kodratnya bahwa manusia adalah sebagai zoon politicon, artinya manusia adalah sebagai makhluk sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat material maupun spiritual. Kebutuhan material adalah kebutuhan yang bersifat kebendaan, misalnya kesehatan, pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebuthan yang berhubngan dengan sejiwaan, seperti beribadah kepada-Nya. Dalam rangka tersebut manusia memiliki cara yang berbeda. Termasuk di dalamnya adalah organisasi di pesantren ini yaitu IPMA. Dalam rangka memberikan tambahan wawasan tentang seluk-beluk IPMA, maka kita perhatikan uraian berikut :

A.     Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya IPMA

IPMA adalah kependekan dari Ikatan Pelajar Madrasah Al Muayyad. Organisasi ini memiliki cakupan anggota yang luas, yaitu meliputi seluruh santri dan alumni Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan Surakarta.

Sejarah berdiri dan berkembangnya IPMA tidak terlepas dari sekolah formal (MTs, SMP, MDA, MA, SMA dan MDW) yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Al Muayyad Surakarta. Sistem pendidikan klasikal dimulai pada tahun 1939. dengan madrasah yang pertama kali yaitu Madrasah Diniyyah. Metode yang dipakai adalah pengajian Al Quran dan kitab-kitab kuning. Setelah adanya madrasah pengajian kitab, maka para santri harus mengikuti Madrasah Diniyyah tersebut. Pada saat itu santrinya baru sedikit yang kebanyakan dari warga kampung. Pengajian langsung diampu oleh beliau bapak KH. Ahmad Umar Abdul Mannan (Allahu yarham). Alfatihah…

Setelah tertata sedimikian rupa dan dipandang cocok untuk sarana pengembangan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja), maka MTs didirikan pada tahun 1970 dengan nama Manbaul Ulum yang kemudian diganti Al Muayyad, sebab ada persamaan dengan sekolah lain. Sesuai dengan kondisi dan perkembangan madrasah, mulailah terpikir untuk mendirikan organisasi santri Al Muayyad. Latar belakang didirikan organisasi tersebut adalah karena santri yang sekolah di Madrasah Diniyyah rata-rata mahasiswa, yang tentu sering terjadi hal-hal yang seharusnya tidak terjadi. Diantara tokoh pendirinya adalah:

  1. Bapak HM. Masykur Sulaiman (almarhum) Al Fatihah…
  2. Bapak Dr. Asyhadi (dosen senior FKIP UNS Jurusan MIPA)
  3. Bapak Drs. Hadi Muhtarom (Kepala Pengadilan Agama Trenggalek)

Setelah mendapat restu dari Simbah Kyai Ahmad Umar, maka didirikanlah IPMA MAdrasah Diniyyah pada tahun 1972, kemudian IPMA MTs pada tahun 1973.

Di samping hal  tersebut ada satu hal yang lebih penting bagi pengurus IPMA, yaitu membantu guru atau pengurus pondok, di mana santri harus dioyak-oyak segera masuk ke kelas. Tetapi itu IPMA zaman dahulu. Untuk zaman sekarang tentunya berbeda perkembangannya. Maka dari itu perlu dikembangkan kesadaran pribadi dalam kesehariannya maupun ketika berorganisasi.

Melihat perkembangan yang demikian pesat pada MTs, maka pada tahun 1974 didirikan Madrasah Aliyah (MA) Al Muayyad, sehingga berdirinya IPMA MA-pun mengikuti sekolah formal tersebut. Pada tahun 1975 beberapa kalangan mengusulkan untuk mendirikan IPMA Pusat sebagai wadah yang lebih besar. Akhirnya usulan itupun mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Maka IPMA Pusat dibentuk bersamaan dengan berdirinya IPMA MA. Hal ini memang tampak aneh. Namun mengingat kondisi saat itu, sehingga semua yang terjadi dianggap lumrah dan dapat dimaklumi.

Seperti halnya organisasi yang lain, IPMA-pun pernah mengalami masalah. Maka muncullah para tokoh revolusi organisasi Al Muayyad, yang kemudian membenahi IPMA. Ketiga pendekar organisasi tersebut, yaitu:

  1. M. Hasan Ruri
  2. Hasanudin Al Hadi
  3. HM. Badarudin Zahid (Pengasuh PP Nurudh Dholam, Trucuk Klaten)

Tahun 1990/1991 berdasarkan keputusan Yayasan Pendidikan Al Muayyad ditetapkan sebagai berikut: “bahwa setiap santri SMP atau MTs harus mengikuti pendidikan madrasah di Madrasah Diniyyah Awaliyyah (MDA), sedangkan siswa MA sengikuti pendidikan madrasah di Madrasah Diniyyah Wustho (MDW)”. Dengan demikian  IPMA MDA (ketua pertama Imam Talmitsani) dan IPMA MDW (ketua pertama Afnanuddin) dibentuk. Sedangkan sekolah formal SMU sekaligus IPMA-nya lahir pada tahun 1992 dengan ketua pertamanya adalah Abdul Jalil (Solo).

B.     Ruang Lingkup Kegiatan IPMA

Ruang lingkup kegiatan IPMA yaitu mencakup semua hal yang berhubungan dengan pembinan kesiswaan. Hal inilah yang nantinya dibutuhkan oleh pengurus IPMA ketika terjun di masyarakat, sehingga dapat menjadi suri tauladan yang baik dalam pergaulannya. Pengurus IPMA dibebaskan untuk mengelola organisasinya dengan kreatif dan inovatif yang penting tidak keluar dari tujuan dan misi organisasi IPMA. Disamping itu pengurus IPMA juga harus mampu beradaptasi dengan sekolahan. Sebagai contoh IPMA mengadakan lomba khitobah, mading, cerdas cermat atau yang lainnya. Ini akan sangat membantu mengaktifkan siswa dalam sekolah tersebut.

Walaupun pengurus IPMA medapatkan kebebasan dalam menjalankan organisasinya, mereka tidak dapat lepas dari urusan pondok. Untuk itu pengurus IPMA harus menyesuaikan diri dengan kondisi pondok. Sehingga pengurus pondok berhak untuk membubarkan IPMA yang sekiranya dapat mengganggu kestabilan dan keamanan pondok pesantren.

C.     Tujuan Pendidikan IPMA

Sebagaimana yang tercantum dalam anggaran Dasar IPMA, bahwa tujuan pendidikan IPMA adalah:

1.      Menanamkan dan meningkatkan keterampilan serta sikap supel agar kelak tidak canggung dalam menghadapi masyarakat

2.      Menumbuhkan kesadaran belajar dan berorganisasi dalam membina mental dan fisik

3.      Agar memiliki motivasi perjuangan yang militan dalam memegang tongkat kepemimpinan bagi agama, nusa dan bangsa

4.      Belajar hidup berwiraswasta

Semoga dari yang sedikit ini kita semua mampu mengambil manfaat yang besar. Amiin…

Terakhir Diperbaharui ( Kamis, 16 April 2009 22:00 )